Jumat, 04 Mei 2012

Siapkah saya mati besok?

 
Bagaimana jika besok saya mati.
Mati adalah rahasia Tuhan. Sama seperti ketika saya tidak tau kenapa saya dilahirkan tanggal 27 September, 29 tahun lalu. Dan karena mati adalah rahasia Tuhan pula, kita tidak pernah tau kapan kita akan mati. Karena itu, apa yang kamu tinggalkan jika kamu mati besok?
Mati muda.

Ninggalin apa? Apa yang akan orang-orang sebut ketika kamu terbujur kaku di tengah ruangan, dalam persemayaman. Apa yang akan orang-orang lakukan ketika jasadmu terkubur di dalam tanah? Apa yang akan orang-orang rasakan ketika kamu tidak ada?
Harimau mati meninggalkan belang. Gajah mati meninggalkan gading.
Saya mati meninggalkan apa? Kamu mati meninggalkan apa? Kita mati meninggalkan apa? Apakah hanya tangisan serempak di pekuburan, tanda orang-orang kehilangan? Atau cuma tangisan basa-basi/ ecek-ecak (palembang.red), ikut-ikutan (melok-melok bae).
Kematian adalah duka, itu sudah hukum alam dari sananya.
Sebenci-bencinya saya pada seseorang, jika ia pergi pun pasti akan ada duka dan perasaan kehilangan. Rasa itu adalah hal yang wajar. Orang-orang bersedih adalah semacam rukun yang wajib ada dalam sebuah kepergian. Tidak usah menghitung berapa orang yang akan menangisimu, meneriakkan namamu, bersedih karenamu atau malah sampai ingin menyusul kepergianmu.
Mari kita berfikir, apa yang sudah kita lakukan untuk mereka? Untuk diri kita sendiri. Untuk sesama. Apa?
Untuk diri kita sendiri pasti lah amal perbuatan sebagai alat untuk masuk surga harus dibawa serta, itu urusan dengan Tuhan, bukan hal main-main, makanya tidak usah saya bahas panjang lebar karena tiap orang pun sudah tau.
Saya berfikir lebih ke arah memaknai hidup sebelum mati.
Apakah kita telah benar-benar hidup? Apa selama hidupmu kamu telah menemukan dirimu? Apa selama hidupmu kamu telah merasa benar-benar bahagia? Pernahkah kamu bersyukur dengan segala nikmat yang ada? Pernahkah kamu merasa bangga akan pencapaian yang kamu buat? Pernahkah kamu merasakan sensasi yang mirip dengan ‘mampir sebentar’ ke surga?
Menemukan diri sendiri itu tidaklah mudah. Merasa benar-benar hidup juga tidak gampang.
Tidakkah merasa rugi jika hidup dihabiskan dengan perasaan asing pada diri sendiri? Pada tubuh yang kamu pinjam? Tidakkah kamu merasa sia-sia jika kamu bahkan tidak bisa membaca dirimu, memahami dirimu dan memaknai dirimu sendiri? Tidakkah kamu merasa rugi karena ketika mati, kamu bahkan tidak tau kamu mau jadi apa, mau apa, ingin hidup seperti apa dan pada akhirnya hanya sia-sia yang kamu rasa
Tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai sesuatu.
Saya masih muda, karenanya saya begitu bersemangat meraih apa saja, mengejar mimpi saya, mengenali diri saya dengan lebih dalam lagi, menemui jalan yang salah untuk kemudian kembali lagi ke jalan yang benar, menjalani hidup dengan penuh lika-liku yang pada akhirnya membuat saya belajar, dan terus menyusuri perjalanan panjang ini yang entah akan berakhir kapan.
Berkarya. Menjadi sesuatu. Menjadi seseorang. Merasa bahagia. Sukses. Kaya. Meninggalkan harta.
Banyak hal yang bisa menjadi patokan. Banyak hal yang menjadi standar masing-masing orang. Tapi bagi saya, mengenal diri sendiri dan meraih apa yang kamu mau adalah sesuatu hal yang sangat indah. Buat saya, mati tidak akan pernah sia-sia jika dirimu sudah menjalani segala proses yang membuatmu sudah benar-benar merasa hidup dimana dirimu sudah ‘lulus’ dalam proses pengenalan diri yang ‘katanya’ begitu rumit.
Siapkah saya mati besok?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar